teknik pemeriksaan SCJ

Posted on 23.25 In:
Teknik radiografi sternoclavicula
Anatomi : Sternoclavicular joint adalah sendi sinovial yang flexibel yang dibentuk oleh ujung medial Clavicula dengan MenubriumSterni dan dengan permukaan atas dari Cartilago Costalis yang pertama.
Clavicula lebih menonjol keluar dari pada Sternum.
Ujung medial clavicula dipisahkan oleh Suprasternal Notch dan dapat dengan mudah dilakukan palpasi.

TEKNIK RADIOGRAFI
PA Proyeksi
Untuk pemeriksaan Bilateral SCJ
Ø Posisikan pasien dengan posisi prone
Ø Kedua bahu diatur sama tinggi terhadap meja pemeriksaan
Ø Kedua tangan disamping badan dengan posisi siku tolak pinggang dan sendi siku terletak di atas meja
Ø Sebaiknya pakai grid
Ø FFD dengan Short Distance Technique (40 cm)
Ø Central Ray : langsung tegak lurus (perpendicular) pada pertengahan film
Ø Central point : Thoracal III
Kriteria :
Ø Tampak gambaran SCJ kanan dan kiri
Ø Gambaran SCJ jelas walaupun akan superposisi dengan Vertebral dan Ribs.
Ø Pemotretan bilteral untuk SCJ tidak akan rotasi.

1. PA PROYEKSI

Ø Pasien prone, sternoclavicula kontak ke film
Ø Tangan di samping badan, dagu di atas pinggir kassett lengkapi dengan immobilisasi terhadap pasien
Ø Atur marker anatomi, kollimator beam dan pakaian proteksi
Ø C.R : langsung ke suprasternal kira-kira sejajar dengan vertebrae tharacic IV

II. PROYEKSI PA OBLIQUE (RAO DAN LAO)
Ø Letakkan pasien dengan prone posisi
Ø Oblique 45 derajat, arah yang sakit
Ø C.R : langsung perpendikular ke pertengahan film
Ø C.P : setara dengan SCJ atau kira-kira 10 cm ke arah pinggir dari Vertebrae thoracal III
Ø FFD : 90 s/d 100 cm
Kriteria :
Ø Tampak gambaran LAO dan RAO dari SCJ

III. PROYEKSI LATERAL DENGAN METODE KURZBAUER
Ø Tidur miring, dengan SCJ yang akan difoto dekat pada film
Ø Tubuh penderita diatur True Lateral terhadap meja pemeriksaan dan Kassette.
Ø Tangan yang dekat meja pemeriksaan lurus diarahkan ke Cranial
Ø C.R : langsung pertengahan film, dengan sudut 15 derajat Caudal, FFD 90 s/d 100 cm
Ø C.P : Sternoclavicular Jjoint yang dekat ke film
Kriteria :
Ø SCJ terlihat menarik (bagus)
Ø Shoulder tidak berhimpit dengan SCJ

biodata

Posted on 04.38 In:
Nama               : Shanty
Ttl                    : Bantaeng , 06 November 1993
Agama             : Islam
Asal Sekolah     : SMAN 1 Tompobulu
Hoby               : Olahraga
cita-cita           : Radiografer

TEKHNIK RADIOGRAFI OS PELVIS

Posted on 04.28 In:
1.Proyeksi Antero-Posterior (AP)
 Tujuan:
Ø  Menampakkan pelvis
Ø  Memperlihatkan fraktur, dislokasi, penyakit degeratif dan lesi tulang
Posisi Pasien: Pasien diatur supine, kedua lengan ditempatkan di sisi dan menyilang di atas dada. Pasien diberi bantal
Posisi Objek :
Ø  Mid sagital plane pasien diatur segaris dengan mid line meja dan CR
Ø  Yakinkan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi
Ø  arak dari meja ke ASIS (Antero Superior Iliac Spine)
Sinar    FFD    : 100 cm
CR       : Tegak lurus bidang film menuju diantara setinggi
ASIS dan Sympisis Pubis
CP       : Kira-kira 5 cm inferior setinggi ASIS
Struktur Yang Tampak
Ø  Tampak tulang-Tulang pelvis
Ø  Tampak L5, Sacrum, dan Coccygis
Ø  Tampak Caput femur dan trochanter mayor                                                      2.Proyeksi AP Bilateral ”FROG LEG”
Tujuan :
Ø  Menampakkan pelvis
Ø  Memperlihatkan nontrauma hip atau perkembangan dysplasia pada hip (DDH) yang diketahui sebagai dislokasi congenital hip (CHD)
Posisi Pasien : Pasien di atur supine, kedua lengan di tempatkan disisi dan menyilang diatas dada. Pasien diberi bantal
Posisi Objek :
Ø  Mid sagital plane  pasien diatur segaris dengan mid  line meja dan CR
Ø  Pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi (ASIS berjarak sama terhadap meja)
Ø  Kedua knee Fleksi sekitar 90 derajat
Ø  Kedua plantar ditemukan dan kedua femur abduksi 40-45 derajat
Sinar    FFD     : 100 cm
CR       : Tegak lurus pada kaset menuju 7,5 cm dibawah   level ASIS.
CP       : kira-kira 2,5 di bawah symphisis pubis
 Struktur Yang Tampak
Ø  Tampak caput dan colum femur
Ø  Tampak Acetabulum, trochanter
3.Proyeksi AP Axial “OUTLET”
Tujuan :
Ø  Menampakkan bilateral pubis dan Ischia
Ø  Pengukuran trauma pelvis untuk fraktur dan dislokasi
Posisi Pasien : Pasien diatur supine, kedua tungkai lurus dan tempatkan pengganjal di bawah kedua knee. Pasien di beri bantal
Posisi Objek :
Ø  Mid sagital plane di atur segaris dengan mid line meja dan CR
Ø  Pastikan pelvis tidak terjadi rotasi
Ø  Jarak dari meja ke ASIS (Antero Superior Iliac Spine)
Sinar    FFD     :100 cm
CR       : Sinar menyudut  cephalad 20-35 derajat (laki –laki) dan 30-45 derajat (wanita)
CP       : Pertengahan titik pada 3-5 cm distal ke superior border sympisis pubis atau trochanter mayor
Struktur Yang Tampak :
Ø  Tampak Body dan superior ramus pubis
Ø  Tidak terjadi pergerakan objek ditandai dengan ketajaman dari trabecula dan tepi tulang dari pubis dan tulang ischial.
4.Proyeksi AP Axial “INLET”  
Tujuan :
Melengkapi pengukuran trauma pelvis untuk displacement bagian posterior atau terjadi rotasi ke dalam dan keluar dari pelvis anterior.
Posisi Pasien : Pasien diatur supine, kedua tungkai lurus dan tempatkan pengganjal di bawah kedua knee, Pasien di beri bantal
Posisi Objek :
Ø  Mid sagital plane pasien diatur segaris dengan mid line meja dan CR
Ø  Pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi
Ø  Jarak dari meja ke ASIS (Anterio Superior Iliac Spine)
Sinar    FFD     : 100 cm
CR       : Sinar menyudut  40 derajat caudal
CP       : Menuju titik garis tengah dari setinggi ASIS
Struktur Yang Tampak :
Ø  Tampak lingkaran pelvis
Ø  Sekitar pelvis inlet

PNEUMOTHORAX

Posted on 04.17 In:
Pengertian Pneumotoraks

 Terdapat banyak pengertian dari pneumotoraks diantaranya adalah:
Pneumotoraks adalah pengumpulan udara didalam ruang potensial antara pleura visceral danmParietal.
Pneumotoraks juga di definisikan keluarnya udara dari paru yang cidera, ke dalam ruang pleura sering diakibatkan karena robeknya pleura.
Selanjutnya pneumotoraks di artikan adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura.
Adapula yang mengartikan Pneumotoraks dengan adanya udara di dalam rongga pleura.
Pneumotoraks adalah adanya udara yang trperangkap di rongga pleura.
       Dari semua pengertian diatas kami dapat menyimpulkan bahwa neumotoraks adalah keadaan emergensi yang di sebabkan oleh akumulasi udara atau gas dalam rongga pleura sebagai akibat dari proses penyakit atau cidera.

Pembagian Pneumotoraks
Berdasarkan kejadian.
1.Pneumotoraks spontan primer ; Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
2.Pneumotoraks spontan sekunder ; Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya telah menderita penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma kistafibrosis dan karsinoma bronkus.
3.Pneumotoraks traumatika ; Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis maupun pleura parietalis sebagai akibat dari trauma.
4.Pneumotoraks artifisialis ; Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke dalam rongga pleura, dengan demikian jaringan paru menjadi kolaps sehingga dapat beristirahat. Pada zaman dulu pneumotoraks artifisialis sering dikerjakan untuk terapi tuberculosis paru.
 
Berdasarkan Lokalisasi
1.Pneumotoraks parietalis
2.Pneumotoraks mediastinalis
3.Pneumotoraks basalis
Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru
a.Pneumotoraks totalis; apabila seluruh jaringan paru dari satu hemitoraks mengalami kolaps.
b.Pneumotoraks parsialis, apabila jaringan paru yang kolaps hanya sebagian.
Berdasarkan jenis fistel
1.Pneumotoraks ventil, Di mana fistelnya berfungsi sebagai ventil sehingga udara dapat masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat ke luar kembali. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan dapat mendorong mediastinum ke arah kontra lateral.
2.Pneumotoraks terbuka, Di mana fistelnya terbuka sehingga rongga pleura mempunyai hubungan terbuka dengan bronkus atau dengan dunia luar; tekanan di dalam rongga pleura sama dengan tekanan di udara bebas.
3.Pneumotoraks tertutup, Di mana fistelnya tertutup udara di dalam rongga pleura, terkurung, dan biasanya akan diresobsi spontan. Pembagian pneumotoraks berdasarkan jenis fistelnya ini sewaktu-waktu dapat berubah. Pneumotoraks tertutup sewaktu-waktu dapat berubah menjadi pneumotoraks terbuka, dan dapat pula berubah menjadi pneumotoraks ventil. Hal ini perlu mendapat perhatian.
 
Penyebab  Pneumotoraks
Tuberkulosis Paru
Pneumonia (Radang Paru-Paru)
Abses Paru
Infark Paru (tersumbatnya arteri pulmonalis)
Keganasan
Asma
Penyakit Paru Obstruktif Menahun
 Gejala Pneumotoraks
Nyeri dada disertai sesak nafas yang timbul secara mendadak.
Batuk
Rasa nyeri bersifat menusuk saat bernafas
Keluhan lain yang dapat dijumpai tergantung pada kelainan yang mendasari timbulnya pneumotoraks.
 
Penanganan
Setelah diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan, langkah selanjutnya yang terpenting adalah melakukan observasi yang cermat. Oleh karena itu penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit, mengingat sifat fistula pneumotoraks dapat berubah sewaktu-waktu yaitu dari pneumotoraks terbuka menjadi tertutup ataupun ventil. Sehingga tidak jarang penderita yang tampaknya tidak apa-apa tiba-tiba menjadi gawat karena terjadi pneumotoraks ventil atau perdarahan . yang hebat. Kalau kita mempunyai alat pneumotoraks, dengan mudah kita dapat menentukan jenis pneumotoraks apakah terbuka, tertutup, atau ventil. Apabila penderita datang dengan sesak nafas, apalagi kalau sesak nafas makin lama makin bertambah kita harus segera mengambil tindakan. Tindakan yang lazim dikerjakan ialah pemasangan WSD (Water Seal Drainage). Apabila penderita sesak sekali sebelum WSD dapat dipasang, kita harus segera menusukkan jarum ke dalam rongga leura. Tindakan sederhana ini akan dapat menolong dan menyelamatkan jiwa penderita.